Entri Populer

Selasa, 04 Desember 2012

Kata-kata Puitis dlam Kehormatan dibalik Kerudung


" Aku seperti daun kering yang menunggumu…"
" Harusnya Kamu menyambutku dengan senyuman dibibirmu, bukan dengan air mata"
 "Aku berjanji… Aku akan menjaga semua kebahagiaan yang telah Kamu berikan kepadaku"
" Jangan bilang kau datang kemari hanya untuk satu tarikan nafas saja?"


Burung yang berkicau
Dikala embun pagi masih menyelimuti tiap dinding-dinding kaca
Terbayang sesosok insan
Yang ingin terbang menembus cakrawala dunia
Mengepakkan sayap-sayap yang semula membeku dalam hanyutan dinginnya malam

Terbitlah sang surya yang menyemai benih indahnya bunga yang bermekaran
 
Menghangatkan tapak langkah anak cucunya Adam
Dalam pencarian nafkah bagi sang keluarga
Rezki yang halal untuk jiwa yang fitrah


.
“Mbak cantik yah,, saya foto boleh nggak,,, saya wartawan lo.. nanti biar saya masukin ke majalah saya.” Mendengar itu, syahdu terlihat gugup. Lalu berpaling ke arah lain sambil menutupi sebagian wajah dengan kerudungnya. Sedangkan sang pemuda hanya tersenyum sambil bilang “fine”.
“Mbak kenapa terlihat tegang. Apa saya aneh? Anggap saja saya ini teman lama, karena kita bertemu hanya sekali ini saja.”
“Mengapa Mas bicara seperti itu? Bukankah sekarang dunia seakan sempit? Jarak bisa dipangkas oleh waktu Mas”
“Mbak pantas bicara seperti itu. Tapi perasaan tidak bisa diabaikan.”
“Maksudnya?”
“Dari awal saya duduk di sini. Saya sudah terkesan melihat mbak. Saya terkesan dengan wewangian yang mbak kenakan. Saya terkesan dengan dua mata indah di bawah alis tebal. Saya terkesan dengan wajah mbak yang merona.”
“eem… lalu,,?”
“Justru itu,, saya tidak ingin berkenalan.” Pemuda itu kemudian menghadap ke arah lain. Tapi syahdu mengulurkan tangan mengajak salaman sembari menyebutkan namanya “Syahdu”. Pemuda itu tersenyum sambil melambaikan tangan karena tidak mau salaman. Hanya mengangkat topinya sebentar tanda menerima perkenalan.
“Namamu siapa?” Tanya Syahdu.
“Kalau kita saling kenal lalu kita tidak akan bertemu lagi, itu hanya akan menyisakan bayangan.”
“Mengapa kita tidak berusaha untuk mengenal. Lalu berusaha untuk bertemu?”
“Karena pertemuan pertama akan menyisakan rasa penasaran. Dan pertemuan kedua akan menyisakan rasa rindu. Dan saya tidak mau merindu.”
“Maksudnya?” hening sejenak.
“Biar takdir yang mempertemukan kita. saya akan mengingat wajah mbak… Kalaupun mbak tidak ingat wajah saya, yang penting saya mengingat nama, SYAHDU.”
“Semoga kita bisa bertemu lagi.”
“Semoga Allah memberikan yang terbaik buat kita.”
“Maksudnya?” syahdu mulai penasaran. Tapi kereta keburu datang. saat syahdu menoleh ke arah kereta. Pemuda itupun pergi. Syahdu tidak tahu kemana. Tiba-tiba pemuda itu hilang. Hanya buku catatan sang pemuda itu yang tertinggal di bangku taman. Lalu syahdu mengambilnya. Membawanya naik kereta. Membukanya. Membaca sebuah puisi manis yang singkat.
Aku tidak menyesali perpisahan karena
Pertemuan kita sebuah ketidaksengajaan
Waktu berputar tak akan pernah berhenti
Arah menunjuk kemana hati mencari
Jika nasib sakti bertitah
Tak ada halangan untuk menyapa kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar